Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah untuk menggenjot kinerja perdagangan Indonesia, dalam hal ini ekspor. Analis Kebijakan Ekonomi Apindo Ajib Hamdani menyampaikan, terdapat tiga hal utama yang perlu didorong oleh pemerintah. Pertama, fokus dengan komoditas unggulan yang mempunyai nilai tambah terbaik. Kedua, meningkatkan daya saing harga dengan menekan cost of good sales (COGS). “Hal ini perlu dilakukan secara bisnis maupun dukungan regulasi,” kata Ajib kepada Bisnis, Senin (15/7/2024). Hal ketiga yang perlu dilakukan pemerintah, yakni memperluas pasar. Menurutnya, Indonesia perlu membangun lebih banyak kerja sama bilateral untuk memperluas pasar.
Indonesia kembali melanjutkan kinerja positif neraca perdagangan yang mencatatkan surplus selama 50 bulan secara beruntun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Juni 2024 sukses membukukan surplus sebesar US$2,39 miliar. Kinerja positif tersebut diperoleh dari nilai ekspor Indonesia pada Juni 2024 mencapai US$20,84 miliar, sedangkan impor mencapai US$18,45 miliar. Kendati begitu, kinerja dagang sepanjang Januari-Juni 2024 mulai melemah. Hal ini dapat dilihat dari surplus neraca dagang pada semester I/2024 yang tercatat mencapai US$15,45 miliar atau turun 22,4% dibanding periode semester I/2023 sebesar US$19,91 miliar.
Secara terperinci, nilai ekspor nasional sepanjang Januari-Juni 2024 mencapai US$125,09 miliar atau turun 2,76% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$128,64 miliar. Andil utama penurunan nilai ekspor disumbang oleh sektor pertambangan dan lainnya sebesar 3,21%. Sementara itu, nilai impor kumulatif mencapai US$109,64 miliar atau terkerek 0,84% dari semester I/2023 yang mencapai US$108,73 miliar. Adapun, andil utama peningkatan nilai impor tersebut disumbang oleh impor hasil minyak sebesar 1,02%.