Tren pelemahan ekspor nasional diproyeksi berlanjut pada Oktober 2023. Namun demikian, kinerja neraca perdagangan diprediksi tetap surplus, seiring dengan impor yang juga terkontraksi. Chief Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memproyeksi neraca perdagangan RI mencatat surplus sebesar 3,58 miliar dollar AS pada Oktober 2023. Nilai itu lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 3,42 miliar dollar AS. Kinerja ekspor dan impor diperkirakan akan terus mengalami kontraksi, dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas. Josua mengatakan penurunan harga komoditas selaras dengan melambatnya aktivitas global, di tengah bayang-bayang inflasi tinggi yang masih nyata. Imbas perlemahan aktivitas ekonomi, permintaan dan harga terhadap sejumlah komoditas ekspor andalan RI menyusut. Oleh karenanya, ia memproyeksi kinerja ekspor RI mengalami kontraksi sebesar -16,48 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih dalam dari bulan sebelumnya sebesar -16,17 persen. Jika dilihat secara bulanan (month to month/mtm), nilai ekspor RI diprediksi terkontraksi -0,51 persen pada Oktober. Nilai impor juga diprediksi terkontraksi, yakni sebesar -10,77 persen secara tahunan, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar -12,45 persen. Secara bulanan, nilai impor diproyeksi turun -1,54 persen. PMI Manufaktur Indonesia turun menjadi 51,5, yang mengindikasikan ekspansi aktivitas pabrik selama 26 bulan berturut-turut namun dengan laju yang paling lambat sejak Februari 2023, mencerminkan pertumbuhan pesanan baru yang lebih lemah dan penurunan penjualan.
Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro juga memprediksi, surplus neraca perdagangan berlanjut. Namun, ia menetapkan angka proyeksi surplus yang lebih rendah, yakni sebesar 3,2 miliar dollar AS. Pria yang akrab disapa Asmo itu mengatakan, nilai ekspor diproyeksi turun -16,69 persen secara tahunan. Sementara secara bulanan, terkontraksi -0,76 persen. Proyeksi itu dibuat dengan memperhitungkan harga batu bara yang masih melemah baik secara bulanan dan tahunan. Harga komoditas ekspor unggulan lainnya, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga berada dalam tren pelemahan. “Eropa masih mengurangi konsumsi batu bara,” kata Asmo. Adapun nilai impor diproyeksi terkontraksi sebesar -9,28 persen secara tahunan. Secara bulanan, nilai impor diproyeksi meningkat 0,10 persen. Menurunnya PMI manufaktur menjadi tanda-tanda perlemahan permintaan dalam negeri. Selain itu, harga minyak dunia secara bulanan juga melemah. Sebagai informasi, BPS akan mengumumkan kinerja neraca dagang RI periode Oktober 2023 pada Rabu (15/11/2023). Kinerja ekspor dan impor nasional tengah berada dalam tren pelemahan, namun neraca perdagangan sudah mencatatkan surplus 41 bulan beruntun.