Eks Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio buka suara ihwal polemik alat riset di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan harga selangit, di antaranya pembangunan lab infectious. Sebelumnya, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengungkap contoh fasilitas riset yang diperlukan pihaknya yang berharga mahal, yakni Cryo-Electron Microscopy (Cryo-EM) dan fasilitas animal Bio Safety Level 3 (BSL-3). Masalah harga selangit ini sempat menuai komentar Wakil Ketua Dewan Pengarah BRIN sekaligus Menkeu Sri Mulyani. Ia menilai yang terpenting adalah fasilitas riset yang dibutuhkan peneliti. Amin menjelaskan sarana riset infectious semacam BSL-3 itu juga pernah dimiliki Eijkman sebelum lembaga riset tertua itu dilebur ke BRIN. Lab itu kemudian sempat beroperasi 10 tahun. “Sekarang masih ada, tapi sudah enggak terpakai,” sambungnya. Kenapa tak bisa dioperasikan lagi lab BSL-3 Eijkman? “Ya otomatis tidak bisa dioperasikan karena BSL-3 setiap tahun harus disertivikasi,” jawabnya.