Penerapan ekonomi hijau dinilai berkontribusi dalam memperbaiki pilar ekonomi dan sosial, tetapi masih kurang pada sisi lingkungan. Diperlukan dukungan kebijakan lingkungan yang lebih ambisius untuk mengoptimalkan manfaatnya. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Pereneanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Medrilzam mengemukakan, performa ekonomi hijau Indonesia 2011-2020 telah direkam.
Bila dilihat, tren performa ekonomi hijau ini membaik tetapi hanya untuk indeks komposit ekonomi dan sosial. Sementara pilar lingkungan memiliki indeks komposit terendah, ujar Medrilzam dalam diskusi Think Climate Indonesia (TCI) Forum di Jakarta. Rendahnya indeks komposit dari pilar lingkungan mayoritas karena porsi energi baru terbarukan (EBT) minim dan persentase lahan gambut terdegradasi tinggi. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, bauran EBT pada 2021 baru mencapai 11,5 persen.