Ekonom: Waspada Pengetatan Likuiditas dan Ekspor pada 2023

Indonesia memiliki prospek positif terkait pertumbuhan ekonomi 2023 karena fundamental yang baik. Meskipun begitu, terdapat sejumlah tantangan, seperti likuiditas dan ekspor yang dapat membebani perekonomian tahun ini sehingga perlu mendapatkan perhatian. Ekonom dan Rektor Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko menjelaskan bahwa Indonesia akan tetap mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif pada 2023, meskipun terdapat risiko perlambatan dari kinerja 2022. Hal itu tidak lepas dari kondisi ekonomi global yang penuh tantangan. Prasetyantoko menilai bahwa Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan sepanjang 2023 yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah perlu mencermati dan melakukan antisipasi atas berbagai tantangan yang ada. “Dalam jangka pendek, tantangannya adalah pengetatan likuiditas, terutama dolar. Tantangan jangka menengah, terutama pada kuartal II/2023 adalah penurunan ekspor,” ujar Prasetyantoko kepada Bisnis, Rabu (11/1/2023).

Menurutnya, penguatan investasi menjadi salah satu langkah strategis yang dapat menjaga perekonomian dari berbagai risiko yang ada. Apalagi, pemerintah mematok target investasi tahun ini Rp1. 400 triliun, naik dari target 2022 senilai Rp1. 200 triliun. “Perkuat investasi melalui perbaikan regulasi dan iklim investasi, serta pemerintah harus berupaya agar daya beli domestik tetap terjaga,” ujarnya. Adapun, dalam laporan Global Economic Prospects yang terbit pada Januari 2023, World Bank menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Awalnya, lembaga itu memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 di 3 persen, tetapi kemudian turun menjadi 1,7 persen. Penurunan proyeksi 2023 terjadi di negara maju maupun negara berkembang, termasuk di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik yang sebelumnya 5,2 persen, kini menjadi 4,3 persen. Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 China, dari semula 5,2 persen menjadi 4,3 persen. Indonesia pun mendapatkan penilaian yang sama, yakni penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 dari 5,3 persen menjadi 4,8 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 pun direvisi turun, tetapi lebih tipis, dari 5,1 persen menjadi 4,9 persen. “Di Indonesia, produk domestik bruto [PDB] diperkirakan tumbuh 4,9 persen secara rata-rata pada 2023-2024, sedikit lebih lambat dibandingkan 2022,” tertulis dalam laporan World Bank, dikutip pada Rabu (11/1/2022). World Bank menilai bahwa revisi proyeksi itu mencerminkan pengeluaran swasta yang melemah tetapi tetap kuat. Konsumsi domestik menjadi penopang pertumbuhan ekonominya, sejalan dengan porsinya yang dominan terhadap PDB.

Search