Aksi boikot produk Israel yang dilakukan masyarakat Indonesia ternyata telah menimbulkan efek bumerang di dalam negeri. Jika dilakukan dalam jangka panjang, sejumlah perusahaan berisiko melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Kekhawatiran tersebut muncul dari Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah yang mulai memikirkan upaya untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan. Di sisi lain, Ida memaklumi tujuan aksi boikot penggunaan produk yang mendukung Israel adalah sebagai bentuk kepedulian masyarakat Indonesia kepada warga Palestina. Namun, Ida juga berharap agar aksi boikot yang dilakukan tidak sampai mengancam nasib pekerja di perusahaan yang disebut terafiliasi dengan Israel. Efek bumerang dari aksi boikot produk pro Israel ternyata bukan sekadar omong kosong belaka. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut produk Israel yang diboikot telah berdampak ke kinerja penjualan anggotanya.
Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey membeberkan dampak buruk aksi boikot produk yang diduga pro Israel terhadap usaha ritel. Adanya penurunan penjualan ritel terjadi di beberapa daerah sekitar 3-4% selama seruan aksi boikot kurang dari sepekan. Dia menjelaskan, 20% produk yang dijual di ritel modern masuk dalam kategori produk FMCG (fast moving consumer goods) menyumbang pendapatan hingga 80%. Adapun, sisa lainnya merupakan produk di luar kategori FMCG, berkontribusi terhadap 20% pendapatan ritel. Apabila terjadi pengurangan konsumsi berkepanjangan akibat aksi boikot terhadap produk FMCG, bakal berisiko menurunkan produktivitas ritel. Adapun risiko paling mungkin terjadi adalah PHK massal sebagai upaya efisiensi di tengah penurunan permintaan. Oleh karena itu, pelaku ritel berharap kepada pemerintah untuk segera hadir memberikan solusi yang relevan dalam kondisi saat ini. Menurut Roy, ada hak konsumen yang perlu dilindungi di tengah seruan aksi boikot dan pertimbangan dampak ekonomi secara lebih luas.
Seruan yang sama juga disampaikan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Diana Dewi yang berharap pemerintah bisa bergerak cepat meluruskan seruan aksi boikot produk yang diduga terafiliasi dan mendukung Israel di masyarakat. Dia pun mengimbau agar semua pihak bisa menahan diri dan tidak menggeneralisasi produk berkaitan dengan Israel. Kalangan pengusaha juga berharap PBB bisa segera mengambil langkah tegas untuk mengakhiri segala bentuk peperangan dan kekerasan yang terjadi di Gaza, Palestina. Meski perang di Gaza tidak tersangkut ke masalah ekonomi, namun dampaknya akan terasa, termasuk pemboikotan sejumlah produk tersebut.
Mantan Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sekaligus Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno mengatakan seruan boikot produk yang diduga berafiliasi dengan Israel hingga kini belum memberikan pengaruh signifikan terhadap industri manufaktur. Boikot berkepanjangan tetap akan berimbas pada keberlangsungan usaha. Namun, di sisi lain Benny juga melihat adanya peluang produk lokal bergeliat di tengah fenomena aksi tersebut.