Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada konferensi pertahanan utama Asia di Singapura akhir pekan lalu, kembali memperingatkan bahwa dunia akan menghadapi “krisis pangan yang parah” akibat serangan berlarut-larut Rusia di negaranya. Berbicara kepada 575 delegasi dari 40 negara, Zelenskyy mengatakan bahwa negaranya tidak dapat mengekspor makanan yang cukup karena blokade Rusia di Pelabuhan Laut Hitam yang mencegah pengiriman ekspor ke negara lain. Ukraina dan Rusia adalah salah satu produsen dan pengekspor gandum terbesar dan makanan penting lainnya seperti biji-bijian dan minyak lainnya.
Sementara itu, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), juga mengingatkan masyarakat, terkait kondisi rantai pasok pangan dunia yang kini tercatat sudah 22 negara menghentikan ekspor komoditas pangan. Puluhan negara tersebut, kata Jokowi, menghentikan ekspor komoditas pangannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu negara yakni India yang menangguhkan ekspor gandum untuk melindungi kebutuhan dalam negeri dan menekan inflasi pangan. Langkah larangan ekspor ini diambil saat dunia sedang mengalami kelangkaan bahan pangan seperti gandum akibat perang di Ukraina. Jokowi mewanti-wanti posisi Indonesia yang masih harus mengimpor gandum serta sejumlah komoditas lainnya, seperti jagung dan kedelai. Namun untuk komoditas beras, sebagai bahan pangan utama, Presiden mengatakan Indonesia patut bersyukur karena sudah tiga tahun terakhir tidak lagi mengimpor beras.
Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, berharap pemerintah agar berhati-hati dengan kebergantungan pangan dari korporasi pascaliberalisasi ekonomi yang membuat Indonesia rentan krisis pangan. Sementara Peneliti Departemen Ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Adinova Fauri, mengatakan pemerintah harus memacu produksi pangan domestik.