Indonesia bersama negara-negara besar di dunia sedang mencari jalan keluar dari disrupsi ganda atau multiple disruption yang sedang melanda global saat ini. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan disrupsi yang terjadi di antaranya sektor kesehatan, ekonomi, digitalisasi, dan lingkungan. Menurut Menko, pemulihan dunia pascapandemi akan sulit terwujud apabila masih terdapat kesenjangan antarnegara dalam sektor-sektor tersebut. Airlangga mengatakan bahwa Indonesia berupaya untuk menghadirkan penyampaian nyata yang dapat direplikasi di negara lain, sehingga melalui tiga agenda utama Presidensi G20, Indonesia mengarahkan kerja sama kelompok negara-negara besar untuk menciptakan hasil yang konkret.
Agenda utama yang pertama yaitu reformasi arsitektur kesehatan global yang dapat diwujudkan dengan penyelarasan standar protokol kesehatan global, serta pembentukan Joint Finance and Health Task Force guna mengembangkan mekanisme pembiayaan yang inovatif dan cepat untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi penyakit menular di masa depan. Indonesia akan mendorong transfer teknologi produksi vaksin agar vaksin terdistribusi merata ke seluruh negara di dunia. Selanjutnya, yang kedua adalah transformasi ekonomi berbasis digital, yang antara lain dilakukan dengan pengembangan literasi dan keterampilan digital yang lebih inklusif dan produktif. UNESCO mencatat baru 55 persen rumah tangga di dunia yang terkoneksi internet dan bahkan di negara berpendapatan rendah, persentasenya di bawah 20 persen. Agenda ketiga adalah bagaimana mencapai kesepakatan global dalam mempercepat transisi energi yang lebih bersih dan hijau, melalui perluasan akses energi yang tidak hanya adil, namun juga terjangkau, baik dari sisi teknologi maupun pembiayaannya.