Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyiapkan insentif menggiurkan agar para eksportir tertarik menempatkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di bank-bank dalam negeri. Dengan penempatan DHE tersebut diharapkan akan memperkuat cadangan devisa dan suplai valuta asing (valas) sehingga bisa meredam tekanan terhadap rupiah jika sewaktu-waktu terjadi arus modal keluar atau capital outflow. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam sebuah webinar di Jakarta, Selasa (14/2), mengatakan DHE yang ditahan selama tiga bulan bisa menghasilkan cadangan devisa hingga 50 miliar dollar AS dalam setahun.
Kebijakan serupa, jelasnya, sudah diterapkan Malaysia, Thailand, dan Turki yang menahan DHE di dalam negerinya bahkan hingga satu tahun, atau ditukar ke mata uang lokal. “Pemerintah melalui Kementerian Keuangan, BI, dan OJK sedang memproses insentif sehingga fasilitas penyimpanan valuta asing yang diberikan oleh Indonesia sama dengan Singapura,” katanya. Dengan kebijakan itu, Airlangga berharap perbankan dapat memiliki devisa yang cukup untuk menopang pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo pada tahun ini.
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Wasiaturrahma, memperkirakan kenaikan suku bunga AS akan berakhir di 5,1 persen tahun ini karena ruang untuk the Fed menaikkan suku bunga tidak selapang seperti sebelumnya. Diminta terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan kenaikan suku bunga acuan the Fed akan meningkatkan daya tarik surat berharga AS sehingga memicu terjadinya capital outflow. Sebab itu, diperlukan peraturan yang sifatnya insentif terhadap para eksportir agar mau menyimpan DHE di dalam negeri. “Dengan begitu, cadangan devisa meningkat dan tentu saja penawaran dollar AS juga akan meningkat dan berpotensi untuk menjaga nilai tukar rupiah stabil,” kata Suhartoko.