Direktur Utama (Dirut) PT Len Industri Bobby Rasyidin menilai bahwa umur alat perang, seperti alat utama sistem senjata (alutsista) yang dibeli Kementerian Pertahanan (Kemenhan), bukanlah hal yang terlalu penting. Pasalnya, terdapat tiga hal penting selain umur yang perlu dijadikan rujukan dan dipastikan dalam membeli alutsista. Pertama, operating readiness atau alutista masih layak dioperasikan atau tidak. Kedua, kelayakan combat readiness. Ketiga, terkait level safety dan worthines yang dapat menjamin keselamatan kru di dalamnya. “Selain itu, ada juga penilaian dari struktur alutsista yang dibagi menjadi beberapa bagian, seperti platform, mesin (engine), mekanikal, struktur, dan sistem. Adapun sistem di alutsista mencakup sistem navigasi, pengawasan (surveillance), dan sistem tempur,” ujar Bobby.
Hal tersebut disampaikan Bobby dalam sebuah diskusi di Media Center Indonesia Maju, Menteng, Jakarta, Jumat (12/1/2024). Bobby menambahkan, platform, mesin, dan mekanikalnya umumnya didesain sedemikian rupa agar alutsista memiliki umur yang panjang. Oleh karena itu, mempermasalahkan umur alutsista dinilainya sebagai hal yang cukup biasa. “Sebagai contoh, kapal induk itu didesain agar dapat berumur hingga 100 tahun. Biasanya, yang berubah cepat itu adalah sistemnya. Sebab, seiring perkembangan zaman, perang itu sudah bukan perang fisik, tapi perang elektronika,” kata Bobby. Untuk komponen selain sistem, tambah Bobby, biasanya dilakukan pengecekan dan perbaikan berat (overhaul) secara berkala.
“Namun, yang perlu mendapat perhatian khusus adalah sistem alat perang seperti alutsista itu harus terus diperbaharui. Misalnya, engine sekian tahun flying hours harus diganti. Terpenting, kita melakukan modernisasi atau upgrade dari sistemnya supaya alutsista tidak ketinggalan zaman,” terang Bobby.