Eskalasi antara Iran dan Israel masih terus terjadi. Meski belum mencapai konflik militer langsung di darat, keduanya masih intens mengobarkan serangan udara meski dipisahkan jarak hingga 1.000 km satu sama lain. Sejumlah negara telah berkomentar terkait perang yang terjadi antara dua musuh bebuyutan Timur Tengah ini. Beberapa negara Arab seperti Qatar dan Oman bahkan telah mempersiapkan diri untuk menjadi mediator dan komunikator untuk mengurangi intensitas serangan.
Akan tetapi, ada satu negara Arab yang masih diam dan belum berkomentar atau menentukan sikap apapun soal eskalasi ini. Negara itu adalah Suriah, yang meski menjadi lintasan rudal kedua negara, belum bersuara. Sejauh ini, sedikitnya satu warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka akibat puing-puing yang jatuh akibat proyektil yang dicegat. Walau begitu, Kementerian Luar Negeri Suriah tetap tidak menanggapi permintaan komentar tentang perang tersebut.
Analis politik Timur Tengah, Bassam Al Sulaeiman, menyebutkan bahwa eskalasi kali ini tidak menjadi fokus bagi Suriah, yang baru saja mengalami pergantian rezim pasca perang saudara yang panjang dan tumbangnya kekuasaan mantan presiden Bashar Al Assad. Menurutnya, Suriah saat ini masih fokus memulai pemulihan dan rekonstruksi ekonomi pascaperang.