Sumber pembangkit listrik di Indonesia yang masih didominasi energi fosil membuat niatan mengurangi emisi karbon dari penggunaan kendaraan listrik masih belum sempurna.
Tim Kompas menghitung emisi karbon 138,1 juta sepeda motor dan mobil pada 2021 untuk mengetahui potensi pengurangan karbon yang akan didapat jika bertransisi ke kendaraan listrik. Melalui aplikasi kalkulalor emisi karbon dari firma konsultan iklim Inggris, Carbon Footprint, didapatkan rata-rata emisi karbon dari 60 jenis mobil selama setahun, atau sekitar 20.000 km, mencapai 4,7 ton CO2. Lalu, untuk 10 jenis sepeda motor, emisinya mencapai 0,45 ton CO2 per tahun atau 10.000 km.
Angka rata-rata ini digunakan untuk menghitung emisi karbon dari 121,2 juta sepeda motor dan 16,9 juta mobil. Dengan asumsi kendaraan yang bergerak setiap hari adalah sekitar 51,24 persen dari total kendaraan terdaftar pada 2021, maka potensi ideal emisi karbon yang hilang apabila semuanya diubah menjadi kendaraan listrik dapat mencapai 69,2 juta ton CO2. Angka 51,24 persen ini diambil dari proporsi mobilitas warga yang menggunakan kendaraan pribadi ataupun dinas untuk berkomuter, sesuai dengan data BPS taliun 2020.
Meski demikian, penggunaan kendaraan listrik di Indonesia diduga tidak akan mencapai titik ideal tersebut karena sumber listrik Indonesia, merujuk pada Statistika PLN, sebanyak 62 persennya masih mengandalkan batubara. Adapun komposisi energi baru terbarukan (EBT) pada 2021 di bauran energi nasional baru mencapai 12,6 persen.
Dengan memperhitungkan faktor emisi pembangkit listrik berbasis batubara, yakni 1,14 kg CO2 per kWh listrik yang dihasilkan, kendaraan listrik di Indonesia secara tidak langsung mengemisikan 19,3 juta ton CO2 per tahun. Artinya, dari potensi penurunan 69 juta ton CO2, program transisi ke kendaraan listrik di Indonesia hanya akan mampu memenuhi 49,8 juta ton CO2 atau 72 persen dari potensi maksimalnya.
Kendaraan listrik tidak menghasitkan gas buang. Namun, kendaraan listrik tetap berpotensi mengemisikan gas rumah kaca seperti karbon dioksida (C02). Hal ini bergantung pada sumber energi yang digunakan oleh pembangkit listrik.