Departemen Luar Negeri Amerika menyatakan, balon udara yang diduga sebagai balon mata-mata China, berisikan ratusan antena atau sensor panel pencuri data. Isi tersebut terungkap setelah jet tempur Lockheed Martin F-22 Raptor menembakkan rudal ke arah badan balon. Pemerintah AS menjelaskan, balon mata-mata itu memuat banyak antena yang mampu mengumpulkan data milik sinyal intel musuh. Menurut mereka, antena-antena tersebut juga dirancang untuk mencegat komunikasi sensitif, bahkan antena yang tersemat dalam balon dapat menunjukkan lokasi perangkat komunikasi musuh dengan tepat dan akurat.
Tak lama setelah AS mengungkap isi balon tersebut, Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menggelar konferensi pers dengan menyatakan masuknya balon ke wilayah udara AS tidak disengaja dan tidak terduga. Meski begitu pejabat AS tetap menganggap balon milik pemerintah China sebagai mata-mata udara yang bertugas melakukan pencurian data intelijen berupa informasi terkait pangkalan Amerika dan operasi militer sekutu.
Beredarnya balon China diatas kawasan udara AS bukanlah kali pertama, sejak era Presiden Donald Trump balon China diketahui berulang kali mengudara di teritori AS. Selanjutnya, di era Joe Biden, balon tersebut kembali memasuki langit AS. Atas insiden tersebut kini hubungan geopolitik antara AS dan China semakin memanas, keduanya terang-terangan mulai bersaing secara intensif terutama di bidang teknologi senjata.