Deradikalisasi dan reintegrasi sosial terhadap eks narapidana terorisme belum merata karena baru menyasar mereka yang sudah melepaskan afiliasi dari kelompok teror tertentu dan berikrar setia kepada NKRI sejak berada di lembaga pemasyarakatan. Hendro Fernando, bekas koordinator persenjataan dan pendanaan JAD pada 2014-2016, mengungkapkan, setelah bebas, Agus Sujatno atau Agus Muslim, pelaku bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar, pernah menjalin komunikasi dengan para eks narapidana terorisme di Bandung yang sudah berikrar setia kepada NKRI. Namun, relasi antar-eks narapidana terorisme itu tak bertahan lama. Di Jateng, Agus terindikasi bergabung dengan komunitas eks narapidana terorisme yang belum berikrar setia kepada NKRI. Keterlibatan dalam kelompok yang sama-sama merah cenderung dilakukan atas dasar pertimbangan ideologis.
Ada pula narapidana terorisme yang tak bisa lepas dari jejaring kelompok teroris karena faktor ekonomi. Umumnya komunitas menanggung biaya hidup keluarga narapidana terorisme selama menjalani hukuman. Kelompok itu juga yang membantu ketika narapidana terorisme bebas dan tak punya pekerjaan. Komunitas yang diikuti Agus mengklaim beraktivitas di bidang sosial. Namun, umumnya komunitas akan bergerak lebih jauh, termasuk menghimpun dana untuk pembiayaan aksi teror dengan selubung aksi kemanusiaan.
Adilaturahman, eks narapidana terorisme anggota JAD, mengatakan kelompok merah tersebut diakui masih eksis meski pengaruhnya tidak sekuat beberapa tahun lalu. Menurut Adil, saat ini program reintegrasi sosial yang dilakukan pemerintah cukup efektif sehingga terpidana terorisme yang berikrar setia kepada NKRI bisa berhimpun secara terbuka. Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris membenarkan, deradikalisasi tak hanya dilakukan terhadap terpidana terorisme yang berikrar setia kepada NKRI. Mereka yang masih berstatus merah saat bebas dari hukuman menjadi bagian dari program tersebut. Hendro sepakat, kedekatan dengan komunitas merah di Jawa Tengah memperkuat indikasi bahwa bom bunuh diri yang dilakukan Agus bukanlah aksi tunggal. Meski Agus merupakan ahli kelistrikan dan mampu merakit bom, ia membutuhkan unsur pendukung baik dari segi lingkungan maupun jaringan.