Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, memprediksi deflasi akan kembali terjadi di bulan Oktober ini. Achmad menyebut, penyebab deflasi ini adalah lemahnya permintaan domestik dan penurunan produksi di sektor manufaktur yang dibuktikan dengan adanya kontraksi. Deflasi yang terjadi secara berkelanjutan ini dikatakan Achmad dapat membawa dampak negatif yang cukup signifikan bagi sektor riil. Terutama ketika terjadi berbarengan dengan melemahnya daya beli masyarakat dan penurunan permintaan. Deflasi yang menyebabkan turunnya harga barang dan jasa membuat produsen cenderung mengurangi produksi untuk menghindari kerugian. Penurunan produksi pada akhirnya akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja, penurunan pendapatan rumah tangga, dan berkurangnya investasi di sektor-sektor vital. Hal ini mengarah pada penurunan lebih lanjut dalam permintaan barang dan jasa, menciptakan lingkaran deflasi yang berbahaya,” ucapnya.
Achmad beranggapan pemerintah perlu mengeluarkan stimulus yang dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat sekaligus membangkitkan sektor riil untuk menyelamatkan Indonesia dari potensi deflasi enam bulan berturut-turut. Langkah tersebut diantaranya stimulus untuk UKM dan industri manufaktur, penurunan suku bunga dan fasilitas kredit, investasi di sektor strategis, serta reformasi kebijakan tenaga kerja. Badan Pusat Statistika ( BPS ) sebelumnya mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 sebesar minus 0,12 persen month to month (MtM). Angka ini sekaligus menunjukkan tren deflasi yang masih berlanjut selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Fase deflasi serupa pernah terjadi selama 7 bulan berturut-turut di Indonesia, tepatnya pada Maret hingga September 1999.