Pemerintah meyakini defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) lebih rendah dibandingkan proyeksi awal. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak telah melampaui target Rp 1.485 triliun. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan tingginya penerimaan negara akan berpengaruh terhadap defisit APBN, sehingga berpotensi mengecil. Sebelumnya Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak sebesar Rp 1.600 triliun pada 2022. Adapun realisasi ini setara 106,4 persen atau melampaui target awal. Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Suryo Utomo, mengatakan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) 98/2022, pemerintah menargetkan penerimaan pajak 2022 senilai Rp 1.485 triliun.
Suryo menyebut sejauh ini kinerja penerimaan pajak masih tumbuh positif dan sudah konsisten sejak April 2021. Hal ini sejalan dengan pemulihan ekonomi. Per Oktober 2022, penerimaan pajak sebesar Rp 1.448,2 triliun atau 97,5 persen dari target. Jika menghitung rata-rata capaian per bulannya, target akan terlampaui setidaknya per November 2022. Per kuartal III 2022, pemerintah menambah 3,8 juta wajib pajak baru. Adapun langkahnya dengan percepatan single identity number, berupa integrasi nomor induk kependudukan (NIK) sebagai nomor pokok wajib pajak (NPWP).
Meskipun begitu, ternyata tidak seluruh wajib pajak baru itu membayar pajak. Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat sebanyak 385. 624 wajib pajak baru yang membayar pajak senilai Rp 3,21 triliun. Dari jumlah tersebut, 35.934 wajib pajak baru berasal dari upaya ekstensifikasi pajak. Namun, hanya 4.184 wajib pajak baru yang melakukan pembayaran pajak senilai Rp 48,9 miliar. Menurutnya kinerja penerimaan pajak per kuartal III 2022 masih dipengaruhi oleh tren peningkatan harga komoditas dan pertumbuhan ekonomi yang ekspansif. Pada tahun depan, pemerintah menetapkan target penerimaan pajak sebesar Rp 1.718 triliun. Adapun target itu tumbuh 15,6 persen dari outlook penerimaan pajak 2022. Pada 2023, pemerintah juga menargetkan penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.021,2 triliun.