Defisit anggaran China tembus US$ 980 miliar atau Rp15.260 triliun (Kurs Rp15.582 per dolar AS) pada sembilan bulan pertama 2022. Data ini dilaporkan oleh Kementerian Keuangan Beijing pada Selasa (25/10). Jumlah defisit anggaran ini untuk semua tingkat pemerintahan pada periode Januari hingga September 2022. Selain defisit itu, Kementerian Keuangan China juga melaporkan pendapatan pemerintah turun 6,6 persen menjadi 15,3 triliun yuan selama sembilan bulan ini. Penurunan terjadi karena pemerintah memberikan lebih banyak potongan pajak untuk bisnis supaya ekonomi tetap bisa tumbuh. Mereka juga melaporkan pengeluaran fiskal naik 6,2 persen menjadi 19,04 triliun yuan. Pembengkakan pengeluaran ini terjadi akibat pembangunan infrastruktur yang didorong pemerintah China untuk meningkatkan pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja.
Meski ekonomi China mengalami rebound dengan tumbuh 3,9 persen pada kuartal III, terpilihnya kembali Presiden Xi Jinping untuk periode ketiga membuat investor ketar-ketir. Bahkan, pada Senin (24/10) mata uang China merosot dan saham di Hong Kong menukik ke level terendah semenjak krisis keuangan global. China juga sedang berjuang melawan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor real estat. Padahal, sektor ini menghasilkan lebih dari seperempat PDB negara bila digabungkan dengan konstruksi.