Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memangkas anggaran bantuan hingga hampir 50 persen untuk tahun depan, meski kebutuhan kemanusiaan meningkat. PBB mengakui, permohonan anggaran sebesar 23 miliar dollar AS atau sekitar Rp 383 triliun mengabaikan nasib puluhan juta warga yang membutuhkan bantuan. Kondisi ini akibat dari turunnya dukungan untuk PBB sehingga memaksa mereka memprioritaskan warga yang paling membutuhkan. Dampak pemotongan anggaran itu akan menambah tantangan lain bagi lembaga bantuan, termasuk risiko keamanan bagi staf di zona konflik.
Pemotongan ini mengulangi tahun sebelumnya, ketika PBB meminta anggaran sekitar 47 miliar dollar AS atau sekitar Rp 785 triliun untuk 2025. Akan tetapi, angka itu dikurangi setelah AS memotong dana bantuan untuk PBB. Hingga November, PBB baru menerima 12 miliar dollar AS atau sekitar Rp 200 triliun, terendah dalam 10 tahun terakhir dan hanya seperempat dari kebutuhan.
PBB mengatakan, anggaran sebesar Rp 383 triliun tahun depan dikhususkan untuk 87 juta orang yang dianggap sebagai prioritas. Padahal, sekitar 250 juta orang sedang membutuhkan bantuan mendesak. PBB juga telah mengusulkan anggaran 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 67 triliun untuk Palestina. Sebagian anggaran untuk Palestina ditujukan guna membangun kembali Gaza yang hancur akibat serangan Israel selama dua tahun. Anggaran selanjutnya ditujukan untuk Sudan dan Suriah.
