Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan meski dalam hitung cepat atau quick count sudah menunjukkan tanda-tanda kemenangan Prabowo-Gibran, nyatanya warga Indonesia tengah menghadapi isu yang cukup berat. Salah satunya, kenaikan harga bangan pangan yang naik hingga kelangkaan stok beras jelang Ramadan dan di tengah Pemilu 2024. Di belahan dunia lainnya, Bhima berpandangan situasi global tidak berpihak terhadap Indonesia karena anjloknya harga komoditas dunia yang sejalan dengan melemahnya kesehatan ekonomi negara mitra dagang, terutama China. “Prabowo menjabat jadi presiden pun situasinya tidak mewah untuk melakukan kebijakan yang sifatnya populis seperti makan siang gratis, saya kira kalau diterapkan secara nasional akan berat,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (14/2/2024).
Meski demikian, penting menjadi perhatian siapa yang akan melanjutkan peran menteri ekonomi seperti Luhut Binsar Pandjaitan dan Sri Mulyani Indrawati. Masalah jika terlalu banyak politis yang masuk di bidang ekonomi. Bhima mengkhawatirkan hal ini akan menurunkan kredibilitas pemerintah ke depannya. “Ke depan dengan target yang cukup ambisus untuk pertumbuhan ekonomi 7%, misalnya, harus ada kebijakan extraordinary, sejauh ini belum ada gebrakan untuk mengerek ekonomi selain hilirisasi,” lanjutnya.
Dengan kemenangan satu putaran, ekonom melihat ketidakpastian yang selama ini menghantui investor untuk menanamkan modalnya di RI akan sirna. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengatakan apabila terjadi kemenangan satu putaran, dampak jangka pendek yang dirasakan setidaknya akan lebih cepat memberikan kepastian bagi para investor. “Dengan satu putaran, mempercepat kepastian keputusan bisnis, tadinya banyak ditahan keputusannya, sekarang jadi lebih cepat untuk diputuskan. Juga sudah kelihatan arah kebijakan ke depan kalau Prabowo-Gibran sudah jelas melanjutkan kebijakan Jokowi, jadi jelas untuk investor,” tuturnya.