Dampak lanjutan kenaikan harga bahan bakar minyak sudah mulai terjadi di sejumlah sektor, terutama pertanian. Kenaikan harga beras dan biaya produksi pertanian menjadi indikatornya. Kenaikan harga BBM dan tingginya harga bahan pangan impor masih memengaruhi inflasi nasional. Dampak lanjutan kenaikan harga BBM bahkan sudah terjadi di sektor pertanian, berimplikasi pada kenaikan harga beras dan biaya produksi.
BPS merilis, tingkat inflasi pada November 2022 sebesar 0,9 persen secara bulanan, 5,42 persen secara tahunan, dan 4,82 persen secara tahun kalender. Adapun inflasi inti, 0,15 persen secara bulanan dan 3,3 persen secara tahunan. Secara umum, penyumbang utama inflasi bulanan, antara lain, telur ayam ras (0,02 persen) serta beras, tahu, dan tempe masing-masing 0,01 persen. Adapun kontributor utama inflasi tahunan adalah bensin (1,15 persen), bahan bakar rumah tangga (0,31 persen), tarif angkutan udara (0,3 persen), dan beras (0,13 persen).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, penyesuaian harga BBM memang jadi pemicu utama kenaikan inflasi, terlebih di kelompok pengeluaran transportasi. Namun, dampak lanjutan (second-round effects) sudah mulai terjadi di sejumlah sektor, terutama pertanian. Hal itu tercermin dalam harga beras dan biaya produksi pertanian. Empat bulan terakhir, kenaikan harga beras tak hanya dipengaruhi oleh penurunan produksi jelang akhir tahun, tetapi juga penyesuaian harga BBM.
Imbas kenaikan harga BBM juga terindikasi dari nilai tukar usaha petani (NTUP). NTUP November 2022 sebesar 107,25 atau naik 0,46 persen secara bulanan. Kenaikan itu ditopang oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani serta kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) seiring kenaikan ongkos angkut, pupuk, dan upah buruh tani.