Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang tahun lalu ada lima komoditas utama yang diimpor dan diekspor dari dan ke berbagai negara mitra dagang Indonesia. Berdasarkan data BPS, secara kumulatif (Januari-Desember) total nilai ekspor tercatat sebesar US$258,82 miliar dan total nilai impor mencapai US$221,89 miliar.
Secara rinci, lima komoditas paling banyak diekspor adalah bahan bakar mineral senilai US$59,49 miliar atau 22,99 persen dari total ekspor sepanjang 2023. Kemudian ekspor lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$28,45 miliar atau 10,99 persen. Selanjutnya, ekspor komoditas besi dan baja sebesar US$26,70 miliar atau 10,32 persen, dan ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar US$14,35 miliar atau 5,54 persen, serta kendaraan dan bagiannya sebesar US$11,15 miliar atau 4,31 persen.
Sementara, komoditas yang paling banyak diimpor adalah mesin/peralatan mekanis dan bagiannya sebesar US$32,16 miliar atau 14,49 persen dari total impor, dan mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya sebesar US$25,78 miliar atau 11,62 persen. Kemudian besi dan baja sebesar US$11,38 miliar atau 5,13 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar US$10,20 miliar atau 4,60 persen, serta plastik dan barang dari plastik sebesar US$9,40 miliar atau 4,24 persen. Secara umum, neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencatat surplus sebesar US$3,31 miliar pada Desember 2023 ini. Dengan demikian, maka surplus dagang telah tercatat selama 44 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.