Gobel Minta Kemendag Stabilkan Harga Kedelai

Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) bisa menstabilkan harga kacang kedelai untuk memberi ketenangan masyarakat maupun pada pengrajin tahu dan tempe. Saat ini harga kacang kedelai meningkat akibat fluktuasi harga internasional, khususnya di Amerika Serikat. Produsen terbesar kacang kedelai di dunia adalah Amerika Serikat dan Tiongkok.

Pada 2020, harga kacang kedelai di tingkat konsumen sekitar Rp 8.500 per kilogram. Namun pada 2021 naik menjadi Rp 9.500 per kg hingga Rp 10 ribu per kg. Kini, harga kacang kedelai sudah berada di atas Rp 11 ribu per kg. Akibat kenaikan harga kacang kedelai secara terus menerus tersebut, jumlah pengrajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya pengrajin yang kecil. Padahal pemerintah sudah tidak mengenakan bea masuk komoditas kacang kedelai.

Tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dan digemari seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, usaha tahu dan tempe juga merupakan sektor yang bisa dimasuki oleh masyarakat bawah dengan mudah. Karena itu, fluktuasi harga dan kenaikan harga kacang kedelai bisa mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha. Masalah kacang kedelai ini harus dicarikan solusi yang lebih permanen yang membutuhkan kerja sama semua pihak, khususnya Kemedag dan Kementan.

Saat ini, sekitar 80% kebutuhan kedelai berasal dari impor. Karena itu, Kemendag harus bisa mengatur stok agar tak mudah diterjang fluktuasi harga internasional maupun oleh situasi perdagangan internasional. Kemendag juga harus bisa mengatur stabilitas harga di dalam negeri. Walaupun tanaman ini merupakan tanaman subtropis, namun bisa berkembang baik di Indonesia.Jadi harus ada koordinasi agar kran impor diatur dengan kemampuan Kementan dalam menyediakan kacang kedelai dari petani. Gobel juga menekankan, agar Kementan bekerja keras dan memiliki program yang sistematis agar Indonesia bisa berswasembada kacang kedelai. Manfaatkan teknologi dan kuatkan riset.

Search