China Setop Ekspor Dua Komoditas Bahan Baku Cip Komputer dan Panel Surya

China menghentikan ekspor dua mineral penting dalam pembuatan semikonduktor, yakni galium dan germanium. Penghentian ekspor itu dilakukan dengan alasan keamanan nasional. Critical Raw Materials Alliance menyebut, China adalah produsen 80 persen galium dan 60 persen germanium dari totalnya di dunia. Data Bea Cukai China melaporkan negara tidak menjual sedikitpun dari dua komoditas itu bulan lalu. Dilansir dari CNBC, Jumat (22/9/2023) juru bicara Kementerian Perdagangan China He Yadong mengatakan, departemen terkait tidak menerima permohonan dari perusahaan untuk mengekspor dua bahan tersebut. Pembatasan ekspor ini disebut sebagai indikasi balas dendam China terhadap kontrol ekspor AS. Padahal, pertumbuhan ekonomi sedang dikhawatirkan seiring memanasnya perang teknologi.

Sebagai catatan, China tengah menghadapi tantangan lantaran pelemahan permintaan domestik dan krisi perumahan. Belum lagi, bulan lalu ekspor China merosot ke titik terendah dalam tiga tahun terakhir. Sebuah pukulan bagi negara yang masih dalam pemulihan itu. Sementara itu, analis Eurasia Group mengatakan pembatasan ekspor dapat menjadi pedang bermata dua. Dalam kata lain, pembatasan ekspor dapat merugikan perekonomian China dan menyebabkan perpindahan rantai pasokan ke luar negeri. China memang menjadi pemimpin industri dalam dua komoditas itu, tetapi ada produsen alternatif. Selain itu, ada juga komoditas subtitusi yang dapat digunakan untuk mengganti dua bahan itu. Di dalam negeri, harga galium anjlok 20 persen secara bulanan karena stok yang menumpuk. Sementara itu harga spot germanium sedikit tumbuh karena adanya keterbatasan stok. Germanium dan galium adalah bahan yang dapat digunakan dalam cip komputer dan panel surya.

Sebagai informasi, pada Juli lalu pemerintah China mengatakan ekspor dua barang itu akan tunduk pada kontrol demi melindungi keamanan dan kepentingan nasional. Mulai 1 Agustus, eksportir perlu mengajukan izin khusus untuk mengirimkannya ke luar negeri. Langkah ini telah meningkatkan perang teknologi dengan Amerika Serikat mengenai siapa yang memiliki akses terhadap teknologi pembuatan chip canggih, yang sangat penting dalam segala hal mulai dari ponsel pintar dan mobil tanpa pengemudi hingga pembuatan senjata.

Search