Terdapat sedikitnya 700 nelayan Sangowo dan dari sekitar 3.000 nelayan di Morotai. Kampung nelayan tuna ini merupakan yang terbesar di Morotai. Nelayan tuna lainnya tersebar di sisi timur hingga utara Pulau Morotai, seperti Daeo Majiko sampai Bere-bere di Kecamatan Morotai Timur.
Menurut Nahrul (50), nelayan, seorang nelayan tuna bisa mendapatkan di atas Rp 10 juta per bulan. Mereka lebih sejahtera daripada nelayan ikan lainnya. Sebagian tuna dijual ke PT Harta Samudera yang ada di Morotai. Namun, ada juga yang menjual ke Temate dan Bitung di Sulawesi Utara demi harga tertinggi.
Kepala Cabang PT Harta Samudera I Made Malihartadana mengatakan, perusahaan pengolahan ikannya beroperasi sejak 2018. Dia punya 14 titik pemasok di Morotai. Dari sana, tuna diekspor dalam bentuk loin ke Vietnam melalui Surabaya. Setiap tahun, rata-rata ada 25-30 kontainer atau antara 300-360 ton loin ke Vietnam, ujamya. Malihartadana menilai, potensi itu masih terbuka lebar dan dibutuhkan beragam cara untuk memacunya, seperti peningkatan ukuran kapal, lama pencarian di laut, hingga luas lokasi pencarian.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan, potensi ikan tangkap Morotai di tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715,716, dan 717 mencapai 1,7 juta ton per tahun. Dari produksi maksimum lestari 68.566 ton per tahun yang berpotensi dimanfaat- kan SKPT Morotai, baru 9,15 persen atau 6.272 ton setahun.
Penanggung Jawab SKPT Morotai Mahli Aweng mengatakan, potensi penangkapan tuna di Morotai belum ideal karena ukuran kapal relatif kecil. Berdasarkan data BPS, jumlah armada tangkap, 2021, di Morotai untuk jenis kapal tanpa motor ada 475 unit, kapal motor tempel 802 unit, dan kapal motor 26 unit. Sejauh ini, KKP telah memberikan bantuan ratusan perahu kepada nelayan yang menjadi anggota koperasi, 2017-2018. Pandemi Covid-19 membuat banyak koperasi di desa nelayan limbung dan kini perannya digantikan pemasok.
BUMDes mesti didorong untuk menyedot ikan dari nelayan. Tak hanya tuna untuk dikelola dan dikembangkan, tapi juga ikan lain sehingga pada akhimya kesejahteraan nelayan akan meningkat, ujarnya. Saat akses pasar ekspor terbuka, kesejahteraan nelayan semakin terang. Namun, keterbatasan sarana membuat potensi belum optimal. Literasi keuangan juga dibutuhkan sehingga nelayan makin sejahtera.