Sebagaimana diketahui, akhir pekan lalu (Kamis, 22 Juni) BI telah menetapkan bahwa BI-7DRR tetap berada di level 3,50 persen. Sebagian kalangan menilai kebijakan BI ini bertentangan dengan arus utama di pasar uang yang menghendaki agar BI menaikkan BI-7DRR. Alasannya, suku bunga acuan di beberapa negara telah naik mengikuti kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau the Fed Fund Rate (FFR). Terlebih lagi, dalam beberapa pekan terakhir, nilai tukar rupiah berada dalam tren melemah seiring dengan sentimen negatif akibat kenaikan FFR.
Mereka juga menilai inflasi kita dalam tren meningkat sehingga berpotensi mendorong suku bunga riil (suku bunga nominal dikurangi inflasi) negatif bila suku bunga tidak dinaikan. Sehingga, mereka menilai BI seharusnya menaikkan BI-7DRR untuk mencegah berlanjutnya pelemahan nilai tukar dan arus modal keluar (capital outflow). Namun yang terjadi: BI mengambil kebijakan yang tidak sesuai ekspektasi mereka. BI mempertahankan level BI-7DRR yang telah ditetapkan sejak Februari 2021.
Terdapat sejumlah alasan mengapa BI tidak perlu mengikuti langkah the Fed dan bank-bank sentral negara lain yang telah menaikkan suku bunga acuannya. Pertama, inflasi kita meskipun dalam tren naik, levelnya masih dapat dikendalikan (managaeble). Inflasi kita juga lebih banyak disebabkan oleh faktor supply chain pada beberapa komoditas tertentu, yang sesungguhnya dapat dikendalikan melalui kebijakan sektoral (oleh kementerian sektoral). Kedua, meski berpotensi memacu capital outflow, namun jika kita bandingkan di negara lain, suku bunga riil Indonesia relatif masih lebih baik. Sebagai gambaran sederhana, pada Mei lalu, inflasi kita (year on year) berada di level 3,47 persen. Sehingga, secara riil suku bunga kita masih positif 0,25 persen. Ketiga, nilai tukar rupiah memang kini melemah akibat sentimen negatif dari kenaikan FFR. Namun demikian, berbekal kekuatan fundamental ekonomi kita saat ini, rupiah memiliki peluang pulih lebih baik dibanding mata uang lainnya. Selain suku bunga riil kita masih positif, berbagai indikator makroekonomi kita juga relatif lebih baik.