Direktur Utama Perum Bulog (Persero) Bayu Krisnamurthi memprediksi harga beras masih tetap tinggi selama 2024. Setidaknya, ada tiga faktor pemicu tingginya harga beras yakni produksi belum stabil, harga pupuk tinggi, dan kebijakan sejumlah negara yang menyebabkan gejolak pasar dunia. “Memang 2024 paling tidak pada awal tahun ini belum ada tanda yang menggembirakan. Ada tiga faktor yang sudah pernah saya sampaikan mengapa harga (beras) naik itu masih ada,” ungkap Bayu, dalam konferensi pers, di Gedung Bulog Pusat, Jakarta, Kamis (11/1/2023).
Selain itu, Bayu menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia pada Januari dan Februari mengalami defisit dalam jumlah yang cukup besar. “Ini terjadi karena sebagian daerah (di Indonesia) khususnya Jawa, mundur (masa) tanamnya, sehingga panen juga mundur. Itu membuat supply dari dalam negeri menurut saya masih akan sulit,” jelas nya. Bayu mengatakan, meski kenaikan harga beras terjadi signifikan, pemerintah belum memiliki rencana revisi naik harga eceran tertinggi (HET) beras. Dia menilai, saat ini pemicu kenaikan harga beras adalah produksi dan pasokan yang tidak mencukupi. Dengan demikian, revisi naik pada HET tidak akan berdampak signifikan pada harga beras.
Pemerintah bersama Bulog saat ini akan terus mengupayakan strategi pelaksanaan terbaik sehingga dapat memastikan kebutuhan 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tercukupi lewat bantuan pangan beras. “Kedua, Bulog akan terus memperkuat Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) sehingga kalau orang ke pasar tradisional atau modern lalu beras yang diinginkan ada tapi harganya mahal, SPHP dapat menjadi alternatif,” tutur Bayu.