Perum Bulog memastikan tidak ada penambahan impor beras tambahan di luar penugasan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yakni 2,3 juta ton hingga akhir 2023. Adapun, 2,3 juta ton tersebut terdiri atas 300.000 ton dari sisa penugasan 2022 dan 2 juta ton dari penugasan 2023. Direktur Umum Perum Bulog, Budi Waseso alias Buwas, menyampaikan, saat ini beras impor telah terealisasi sebanyak 1,6 juta ton. Sisanya, yakni 400.000 ton, sebagian sudah masuk ke sejumlah wilayah di Indonesia, dan sebagian lagi masih dalam perjalanan. “Enggak lah [nggak nambah impor lagi]. Pokoknya itu sudah kuota kita yang harus kita selesaikan. Itu sudah cukup,” kata Buwas kepada awak media usai meninjau harga beras di Pasar Perumnas Klender, Senin (28/8/2023).
Sebagian beras impor yang sudah masuk tersebut langsung disalurkan ke sejumlah wilayah agar tidak menumpuk di gudang Bulog. Misalnya, beras dari Thailand langsung dikirim ke Papua. Dia menargetkan, beras impor akan terealisasi seluruhnya pada akhir November atau awal Desember 2023. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menambahkan, adanya penugasan impor tersebut bertujuan untuk meningkatkan cadangan pangan pemerintah. Tujuannya, untuk melakukan intervensi harga beras di lapangan mengingat pada semester II tiap tahunnya produksi beras dalam negeri lebih sedikit dibandingkan semester I.
Selain itu, beras yang ada juga dipersiapkan untuk tahun depan, utamanya menjelang Pemilihan Umum dan Lebaran 2024. Adanya El Nino juga menjadi salah satu alasan pemerintah melakukan impor tahun ini lantaran dampak dari perubahan cuaca ini baru terasa pada tiga bulan ke depan. Beras impor ini juga akan dimanfaatkan untuk program penyaluran bantuan pangan pada Oktober hingga Desember 2023. Bantuan pangan berupa beras ini akan diberikan kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Adapun, total beras yang disiapkan untuk bansos pangan sebanyak 640.000 ton. Kendati demikian, total 640.000 tak semuanya berasal dari beras impor namun juga dipenuhi dari produksi dalam negeri.