Ancaman serangan siber kini tak lagi hanya bersifat teknis, tetapi juga sosial, dan berpotensi besar dapat memecah belah bangsa melalui penyebaran hoaks, propaganda, dan manipulasi informasi. Di tengah kompleksitas era perang generasi kelima (G5), serangan semacam ini tidak hanya menargetkan infrastruktur digital, tetapi juga memengaruhi tatanan sosial dan budaya bangsa. Ancaman siber tentunya akan selalu berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Demikian disampaikan Deputi Bidang Operasi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Mayjen TNI Dominggus Pakel, dalam pertemuan dengan Korps Menwa Indonesia.
Internet kini menjadi jalur utama dalam bebagai aktivitas seperti komuniksai, transaksi ekonomi, bahkan sosial dan budaya yang mencakup seluruh elemen masyarakat, pemerintahan, hingga sektor swasta. Ketergantungan terhadap internet begitu tinggi, namun keberlangsungan internet juga memerlukan dukungan daya listrik. Jika terjadi gangguan pada jaringan listrik, seperti PLN lumpuh, maka seluruh sistem internet akan ikut lumpuh, sehingga dapat mengancam tatanan ekonomi, politik, sosial, budaya, hingga pertahanan dan keamanan (epoleksosbud hankam) nasional.
Ancaman negara saat ini, tidak hanya berfokus pada empat matra pertahanan (TNI dan Polri), tetapi juga pada dimensi kelima, yaitu ancaman siber di dunia maya. Dengan 512 pemerintah daerah dan 98 infrastruktur kementerian serta lembaga swasta yang rentan terhadap serangan siber, diperlukan kerjasama lintas sektor untuk menghadapi ancaman ini. Di sisi lain, Ketua Pengurus Pusat Korps Menwa Indonesia, Mayjen TNI Purn Jan Pieter Ate MBus MA menjelaskan bahwa Korps Menwa memiliki mahasiswa aktif yang berasal dari perguruan tinggi di berbagai provinsi, serta alumni yang telah menyelesaikan kuliah dan berkarir di berbagai sektor pekerjaan, baik swasta maupun pemerintah.