Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi inflasi pada April akan meningkat. Hal ini dipicu beberapa komoditas yang mengalami lonjakan harga seperti minyak goreng, cabai merah, daging, telur ayam, bahan bakar rumah tangga dan emas perhiasan. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan momentum puasa dan menjelang Idulfitri turut mendorong permintaan beberapa bahan pokok. Terdapat demand yang polanya meningkat pada puasa atau lebaran, sedangkan di sisi lain ada kebijakan pemerintah yang berpotensi terjadinya inflasi. Kepala BPS memprediksi jika pada April ini tingkat inflasi nya akan tinggi karena ada banyak tekanan dari faktor eksternal.
Margo menyampaikan minyak goreng menjadi penyumbang utama inflasi selama tiga bulan terakhir karena harga yang bergejolak akibat kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO). Secara rinci, inflasi minyak goreng pada Januari sebesar 0,31 persen (yoy), Februari 0,20 persen (yoy) dan Maret 0,24 persen (yoy). Sementara itu, Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI), Muhammad Edhie Purnawan meminta pemerintah Indonesia untuk mewaspadai hal tersebut. BSBI menyarankan agar koordinasi antara regulator seperti Bank Indonesia dan Pemerintah perlu ditingkatkan untuk menjaga laju inflasi hingga akhir 2022. Apalagi, ada kekhawatiran kenaikan harga-harga yang terjadi belakangan ini seperti bahan bakar minyak (BBM) hingga minyak goreng bisa memicu inflasi 2022 lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang dipatok sebesar tiga persen.
Dari sisi eksternal, perang Rusia-Ukraina telah membuat banyak pihak cemas akan kondisi perekonomian global. Konflik Rusia ke Ukraina juga semakin membuat rumit kondisi inflasi dan kenaikan harga komoditas secara global. Tercatat, Inflasi Eropa naik 7,5 persen pada Maret 2022 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 5,9 persen. Menurutnya inflasi global yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina harus bisa diantisipasi oleh setiap negara. Sebab inflasi global yang terjadi saat ini diprediksi masih panjang selama perang kedua negara tersebut masih berlangsung.