Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan bahwa faktor harga menjadi penyebab terjadi kelangkaan beras di retail modern. Adanya aturan mengenai harga eceran tertinggi (HET) membuat para penjual retail modern itu taat dan tidak mau melanggar dengan menjual beras di atas HET. Padahal, kenyataannya harga beras saat ini memang sudah di atas HET. “Jadi akhirnya mereka tidak stok, mereka tidak beli, sudah tidak jual tentunya tapi kalau kita lihat di pasar-pasar tradisional, pasar rakyat di luar retail modern itu beras tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, memang harganya sedikit lebih mahal tetapi jumlahnya tersedia dan banyak,” ungkap Bayu Krisnamurthi, Selasa (12/3/2024).
Bayu menerangkan, untuk mengatasi kurangnya pasokan beras di retail modern itu, Bulog akan mengisi stoknya dengan menjamin bahwa harga beras yang dikirimkan itu di bawah HET. Kemudian juga masih ada insentif untuk retail modern supaya mereka tetap mendapatkan margin. Selain itu, secara historikal biasanya dalam situasi seperti ini pemerintah akan menawarkan relaksasi HET. Relaksasi HET ini dalam periode yang pendek diberikan oleh pemerintah sehingga kemudian ditolerir bahwa retail modern boleh menjual di atas HET. Setelahnya, harga akan dikembalikan lagi seperti semula.
Solusi lainnya menurut Bayu adalah beras Bulog dengan harga relatif murah (sesuai dengan HET) didistribusikan ke penggilingan-penggilingan padi atau distributor-distributor yang selama ini masuk ke retail modern. Selanjutnya, mereka bertransaksi dan akan diperoleh harga yang masih sesuai dengan ketentuan pemerintah. “Jadi langkah-langkah ini mudah-mudahan menambah pasokan di retail modern tetapi yang paling penting tadi adalah panen yang sudah mulai masuk dan harga mulai turun itu,” tandasnya.