Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, ratusan seismograf atau alat pendeteksi dini bencana gempa dan tsunami telah dipasang berhadapan langsung dengan zona megathurst. Hal itu berkaca dari bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Banda Aceh 2004 yang merenggut banyak korban jiwa dan infrastruktur. “Insyaallah kita siap ya terutama sejak 2008 mulai beroperasi sistem deteksi dan peringatan dini tsunami yang sengaja di pasang ratusan sensor seismograf menghadang zona megathrust, jadi dipasang di zona megathurst langsung ya,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di kantornya, Jakarta, Rabu (21/8). “Sistem ini di 2004 saat terjadi gempa dan tsunami Aceh tidak ada sistem sama sekali baru ada pendeteksi 20-an. Kita belum tahu tsunami akan seperti apa,” lanjutnya.
Pengalaman di Banda Aceh, sudah terpasang 533 seismograf khusus menghadapi megathrust dan tsunami, mulai dari Sumatera, Jawa, dan beberapa di Nusa Tenggara Barat (Nusa Tenggara Barat) maupun Nusa Tenggara Timur (Nusa Tenggara Timur). Lebih jauh Dwikorita mengatakan, jumlah alat deteksi dini yang telah terpasang lebih dari cukup menghadapi potensi gempa dan tsunami megathurst itu. Dia menyoroti perihal kesiapsiagaan masyarakat ketika alarm pendeteksi dini gempa dan tsunami menyala. Menurutnya, diperlukan kolaborasi antar stakeholder terkait untuk memastikan kesiapan sosio-kultural di masyarakat yang dilalui potensi megathrust. Meskipun sistem ada, tapi kalau masyarakat dan pemerintah daerah tidak siap, sama saja ada peringatan dini tidak ada yang merespons.