Biodiesel B35 Sukses Tanpa Masalah Saat Uji Coba

Pada awal Februari ini, Pemerintah mengumumkan implementasi penggunaan Biodiesel 35 persen atau B35. Artinya kandungan biodiesel di minyak Solar meningkat 5% dari sebelumnya hanya 30% (B30). Pemerintah optimis bahwa program B35 dapat menuai respon positif seperti program pendahulunya yaitu B30 dalam berbagai aspek indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan. Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana sendiri menyampaikan bahwa penerapan program Biodiesel B35 ini dipastikan telah memperhatikan seluruh aspek, seperti daya kendaraan, mesin, material, pelumas, dan ruang bakar, termasuk emisi, dan hasilnya produk campuran B35 ini direkomendasikan untuk dapat digunakan. “Kesiapan program B35 hingga siap diluncurkan, merupakan keterlibatan dari berbagai pihak dengan melakukan kajian secara terbuka, transparan dan objektif. Bahkan, Indonesia meningkatkan campuran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) pada solar ini tanpa contoh karena penerapan biodiesel di negara lain sampai saat ini hanya sekitar 10%,” kata Dadan dikutip dari esdm.go.id, Kamis (2/2).

Sementara itu, Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nagoi mengungkapkan bahwa uji coba di lapangan menunjukkan respon baik. Hal-hal yang dikhawatirkan selama ini bahwa produk campuran B35 memiliki titik beku lebih tinggi karena ada kandungan minyak nabati di dalamnya tidak terbukti. Setelah uji coba di Dieng nyatanya aman saja, di Bromo juga aman, tidak ada masalah. Perlu diketahui, Pemerintah terus berkomitmen mendorong penggunaan energi baru terbarukan, salah satunya melalui penerapan Program Mandatori Biodiesel sejak tahun 2014. Selama kurun waktu tujuh tahun terakhir, tingkat pencampuran biodiesel terus ditingkatkan dari 15% (B15) pada tahun 2015, 20% (B20) pada tahun 2016, dan 30% (B30) pada tahun 2020.

Search