BIN Bantah Impor Mortir dari Serbia untuk Operasi di Papua

Badan Intelijen Negara (BIN) membantah laporan Conflict Armament Research (CAR), kelompok pemantau senjata berbasis di London, yang menyebut lembaga telik sandi itu membeli sekitar 2.500 mortir dari Serbia untuk operasi di Papua pada 2021 lalu. Deputi II Bidang Intelijen Dalam Negeri BIN Mayjen Edmil Nurjamil juga membantah terkait temuan lapangan bahwa terdapat 32 mortir dari Serbia dijatuhkan, termasuk lima yang tak meledak di Papua. Ia pun membantah bahwa senjata itu dibeli oleh BIN.

Laporan itu juga menunjukkan BIN menerima 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya difungsikan untuk membasmi bahan peledak. CAR melaporkan peluru mortir 81 mm digunakan dalam serangan di sejumlah desa Papua pada Oktober 2021 lalu.

Merespons temuan itu, Komisaris PT Pindad Alexandra Wuhan tidak ingin membahas secara spesifik pembelian mortir tersebut. Ia mengatakan perusahaan tunduk dengan aturan. “Pindad berkewajiban dan tunduk pada hukum, aturan, dan peraturan Indonesia soal pengadaan senjata militer dan sipil, begitu juga BIN sebagai pengguna akhir,” tutur Alexandra.


Search