Bank Indonesia (BI) menilai deflasi yang terjadi pada tiga bulan berturut-turut pada Mei hingga Juni 2024 bukan tanda terjadinya perlambatan daya beli hingga resesi ekonomi. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter Bank Indonesia (BI) Juli Budi Winantya menjelaskan, deflasi yang terjadi beberapa bulan terakhir dipengaruhi oleh penurunan inflasi pada komponen volatile food atau harga pangan bergejolak, dimana komponen ini terkoreksi hingga dibawah 5 persen dibandingkan dari bulan-bulan sebelumnya yang sempat mencapai 9 persen.
Sementara itu, Asisten Gubernur BI Erwin Haryono menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi pada tiga bulan-bulan berturut-turut dipengaruhi oleh komponen inflasi harga pangan gejolak yang terkontraksi. Menurut Erwin, pada momen-momen sebelumnya inflasi harga pangan bergejolak sempat mencatatkan angka yang begitu tinggi sehingga menyebabkan harga pangan naik dan sempat mengindikasikan terdakat kedaruratan pangan. Erwin menegaskan saat ini pihaknya tetap mewaspadai dinamika perekonomian domestik dan global yang terjadi, terutama terkait besaran inflasi. Meski demikian, Erwin menjelaskan terkait deflasi yang terjadi beberapa bulan berturut-turut bahwa hal itu terjadi akibat komponen volatile food yang terkoreksi.