Bank Indonesia (BI) tengah menyusun penguatan model bisnis ekonomi keuangan inklusif bagi kelompok subsisten dengan menggunakan perspektif gender, sebagai bentuk dukungan terhadap pemberdayaan UMKM, khususnya UMKM yang dikelola perempuan. Kelompok subsisten merupakan masyarakat berpenghasilan rendah dengan potensi untuk mengembangkan usaha guna meningkatkan kesejahteraan. Deputi Direktur BI Sri Noerhidajati menyampaikan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi global dengan potensi meningkatkan nilai ekonomi dunia hingga 7 triliun dolar AS. Namun, perempuan masih menghadapi tantangan besar dalam memulai dan menjaga keberlanjutan usaha, terbukti dari rendahnya tingkat partisipasi dan keberlanjutan usaha dibandingkan laki-laki.
Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, BI telah mengimplementasikan program ekonomi keuangan inklusif berbasis gender di 46 kantor perwakilan daerah dengan 98 kelompok binaan. Hingga tahun 2024, sebanyak 83% dari kelompok tersebut telah mengadopsi transaksi non-tunai, menunjukkan digitalisasi sebagai terobosan baru dalam usaha mereka. Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat peran perempuan dalam ekonomi, mengurangi kesenjangan gender, dan menciptakan sistem usaha yang lebih berkelanjutan bagi kelompok berpenghasilan rendah.