Bank Indonesia (BI) mencatat uang primer adjusted Indonesia pada Mei 2025 sebesar Rp1.939,1 triliun, tumbuh 14,5 persen secara tahunan (year on year/yoy). Meski meningkat, angka tersebut lebih rendah dibandingkan April 2025 yang sebesar Rp1.952,3 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan uang kartal yang diedarkan sebesar 10,1 persen yoy dan giro bank umum di BI adjusted yang naik 10,7 persen yoy.
BI menjelaskan bahwa uang primer adjusted mencerminkan kondisi likuiditas yang telah memperhitungkan dampak pemberian insentif likuiditas seperti Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), yang mulai berlaku sejak 1 April 2025 dengan maksimal 5 persen dari dana pihak ketiga (DPK). KLM diberikan untuk mendukung penyaluran kredit ke sektor prioritas seperti perumahan dengan mengurangi kewajiban giro wajib minimum (GWM) bank di BI. Sejak Januari 2025, BI mulai menunjukkan angka uang primer adjusted untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif terhadap kondisi likuiditas di Indonesia.