Amerika Serikat (AS) dan Prancis membuka kemungkinan intervensi di Niger. Intervensi militer ini muncul pasca-kudeta militer yang dilakukan perwira nasionalis dan anti-kolonial. Niger adalah produsen utama uranium yang dibutuhkan untuk energi nuklir Eropa dan memiliki cadangan minyak yang penting. Negara ini juga menjadi tuan rumah pangkalan drone milik AS. Pemerintah Burkina Faso dan Mali, negara-negara yang baru-baru ini juga mengalami kudeta, telah memperingatkan bahwa intervensi semacam itu akan dianggap sebagai tindakan perang.
Ancaman intervensi ini dapat memicu konflik regional di Afrika Barat. Prancis secara efektif mengendalikan ekonomi Afrika Barat melalui penggunaan franc CFA, mata uang yang didikte oleh Paris dan menyimpan sebagian besar cadangan devisa negara-negara tersebut. Amerika Serikat, di sisi lain, memiliki kepentingan strategis di Niger, dengan salah satu pangkalan drone terbesarnya berada di negara ini. Niger, wilayah yang sering melihat aktivitas militer AS dan Prancis. Kehilangan sekutu di Nigeria dapat merusak posisi strategis AS di wilayah tersebut.
Niger memiliki sumber daya alam yang signifikan termasuk emas dan uranium, tetapi lebih dari 40% penduduknya hidup dalam kemiskinan. Uraniumnya penting untuk energi nuklir Eropa, khususnya Prancis. Niger juga memiliki cadangan minyak yang signifikan yang dapat membahayakan rencana negara tersebut untuk menjadi produsen dan eksportir minyak. Pasca-kudeta militer di Niger, pemerintah militer nasionalis telah memutuskan untuk memblokir ekspor uranium dan emas ke Barat. Intervensi militer asing di Nigeri dan negara-negara Afrika Barat lainnya tampaknya semakin mungkin, bukan ancaman kosong.