Perum Bulog memastikan impor beras sebanyak 200 ribu ton akan tiba pada akhir bulan ini. Stok tersebut akan menjadi cadangan beras pemerintah (CBP) yang digunakan khusus untuk kebutuhan operasi pasar dalam stabilisasi harga. Direktur Utama Bulog Budi Waseso, mengatakan, pihaknya tengah berupaya agar proses kedatangan beras tepat waktu sebelum akhir tahun. Ia mengakui bahwa melakukan importasi beras pada akhir tahun tidak mudah. Apalagi, kebijakan impor baru diputuskan pada November lalu. “Kita upayakan (datang) Desember ini, tinggal hitungan pekan saja. Kita harus datangkan 200 ribu ton minimal, ini tidak mudah tapi kita lakukan segala upaya,” kata Budi seusai menghadiri rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (7/12/202). Rapat tersebut dihadiri Bulog, Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (NFA), dan Id Food.
Buwas enggan menjelaskan detail asal negara impor beras. Ia hanya menyebut, terdapat sejumlah negara produsen besar yang dapat mengekspor berasnya ke Indonesia. Beberapa negara itu adalah Vietnam, Thailand, Myanmar, India, dan Pakistan. Menurutnya, terdapat banyak dinamika dalam proses Bulog mendapatkan pasokan beras dari luar. Pasalnya, ada negara-negara yang semula setuju, namun membatalkan karena memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Buwas menambahkan, impor beras kembali dapat dilakukan pada awal tahun depan tepatnya pada Januari-Februari. Sebab, izin yang diberikan pemerintah sebanyak 500 ribu ton, sehingga jika realisasi 200 ribu ton di akhir tahun tercapai, masih terdapat sisa kuota 300 ribu ton yang dapat didatangkan. Namun, Bulog akan menunggu data proyeksi produksi beras terlebih dahulu dari BPS sebelum memutuskan impor. Itu agar tidak menganggu panen raya padi. Adapun berdasarkan tren, musim panen raya padi akan terjadi pada Maret 2023.
Walau impor beras akan dilakukan, Buwas menyebut bahwa cadangan beras pemerintah tetap akan di bawah target seharusnya yang sebesar 1,2 juta ton. Pasalnya, total cadangan beras Bulog hingga saat ini hanya tersisa 494,2 ribu ton. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menjelaskan, dari jumlah stok sebesar 494,2 ribu ton, stok CBP yang diperuntukkan operasi pasar hanya 295,3 ribu ton, sedangkan sisanya 198,8 ribu ton merupakan beras komersial. Karena stok CBP untuk operasi pasar kian menipis, pemerintah akan mengkonversi stok beras komersial di Bulog menjadi CBP, sehingga seluruh cadangan beras di Bulog dapat digunakan untuk operasi pasar.