Di tengah ancaman krisis pangan global karena gangguan stabilitas keamanan di beberapa negara produsen pangan dunia, pemerintah diminta untuk segera membenahi tata niaga pangan dalam negeri yang masih buruk. Perlunya membenahi tata niaga pangan yang buruk karena sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi di luar negeri. Pembatasan ekspor pangan negara-negara produsen menjadi momentum untuk memberi perhatian khusus pada sektor pertanian dalam negeri karena perannya vital dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Indonesia harus mandiri pangan dan tidak boleh mengandalkan impor.
Pengamat Ekonomi Kerakyatan dari Universitas Brawijaya, Malang, Munawar Ismail, mengatakan pertanian semakin tertekan karena petani kita dikepung dari segala arah, baik dari input pertanian, impor, dan kebijakan harga. Petani yang berharap bisa menutupi biaya input pertanian dengan komponen harga jual, ditekan oleh pembatasan harga dan serbuan impor sehingga mereka tidak bisa meraih untung. Dengan kondisi seperti itu, petani sulit bertahan, sebaliknya justru yang menikmati untung besar adalah importir dan pemburu rente. Tanah di desa pun sudah tidak seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Makanya, sektor pertanian harus didukung untuk ketahanan pangan. Pemerintah lebih baik mendorong agriindustri kecil yang bisa menggerakkan ekonomi perdesaan dan tenaga kerja, dari pada mendahulukan impor.
Peneliti Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Hery Firdaus, mengatakan pemerintah perlu mengantisipasi maraknya pembatasan ekspor komoditas pangan dari beberapa negara produsen dunia agar tidak berdampak besar ke Indonesia khususnya gangguan pasokan pangan yang banyak bergantung pada impor. Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan pangan di pasar global itu, pemerintah perlu mendorong budi daya tanaman pangan dengan memberikan stimulus kepada petani agar produsen pangan semakin terpacu untuk meningkatkan produksi. Selain itu, juga mendorong pemanfataan teknologi dan inovasi pascapanen untuk meningkatkan standar dan kualitas hasil pangan sehingga terserap ke industri. Langkah itu sekaligus mengurangi potensi losses atau kehilangan hasil panen. Hal yang paling penting adalah, memperbaiki tata niaga sektor pangan. Buruknya tata niaga pangan nasional membuat harga pangan rentan bergejolak.