Serangan udara Israel menggempur pinggiran selatan Beirut pada Sabtu (5/10/2024) hingga Minggu (6/10/2024) dalam serangan paling intens yang pernah terjadi di ibu kota Lebanon. Militer Israel mengonfirmasi bahwa angkatan udaranya melakukan serangkaian serangan yang ditargetkan pada sejumlah fasilitas penyimpanan senjata dan infrastruktur milik Hizbullah di wilayah Beirut. Target utama dari serangan Israel di seluruh Lebanon dan invasi darat di wilayah selatan negara tersebut adalah Hizbullah.
Lebih dari 2.000 orang telah tewas selama hampir setahun pertempuran, sebagian besar di antaranya terjadi dalam dua minggu terakhir. Israel menyatakan bahwa mereka hanya menargetkan kemampuan militer dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko bagi warga sipil. Namun, otoritas Lebanon menuduh Israel sengaja menargetkan warga sipil. Israel juga menuduh Hizbullah dan Hamas bersembunyi di antara warga sipil, tuduhan yang mereka bantah.
Selama beberapa hari terakhir, Israel telah membombardir pinggiran selatan Beirut, daerah yang dikenal sebagai benteng Hezbollah namun juga menjadi tempat tinggal ribuan warga sipil Lebanon, pengungsi Palestina, dan Suriah. Sumber keamanan Lebanon melaporkan bahwa pada Sabtu, Hashem Safieddine, penerus potensial Nasrallah, tidak dapat dihubungi setelah serangan udara Israel pada Kamis yang menargetkan lokasi dekat bandara internasional Beirut. Hezbollah belum memberikan komentar terkait status Safieddine. Jika Safieddine benar-benar tewas, ini akan menjadi pukulan lain bagi Hizbullah dan Iran.