Surat kabar pemerintah China, Global Times, menyebut pertemuan Kelompok Tujuh (G7) sebagai lokakarya anti-China. Julukan ini muncul sehari setelah Beijing memanggil utusan Jepang dan memarahi Inggris karena pernyataan pada pertemuan tersebut. Deklarasi G7 yang dikeluarkan pada Sabtu (20/5/2023) lalu menekankan soal China dalam isu-isu termasuk Taiwan, senjata nuklir, pemaksaan ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia. Mereka juga menggarisbawahi ketegangan antara Beijing dan kelompok negara-negara kaya termasuk Amerika Serikat (AS).
Kementerian Luar Negeri Beijing mengatakan dengan tegas menentang pernyataan G7 dan Minggu malam mengatakan telah memanggil duta besar Jepang untuk China sebagai protes tajam kepada tuan rumah KTT. Rusia, sekutu dekat China yang juga disebut dalam pernyataan G7 atas perangnya di Ukraina, mengatakan KTT itu adalah ‘inkubator’ anti-Rusia dan anti-China. Secara terpisah, Kedutaan Besar China di Inggris mendesak London berhenti memfitnah China. Desakan muncul setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan Beijing merupakan tantangan terbesar dunia untuk keamanan dan kemakmuran.
Di antara G7, Tokyo juga menyuarakan beberapa kekhawatiran terkuat tentang retorika otot China di sekitar Taiwan, yang terletak tak jauh dari rantai pulau selatannya. China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan pada Senin bahwa kebijakan negara terhadap China telah konsisten. Itu akan menuntut hal-hal yang diperlukan dan mendesak perilaku yang bertanggung jawab, sambil mengambil langkah untuk mengatasi masalah dan bekerja sama dalam masalah umum.