Penyebab kenaikan dollar AS bukan akibat kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS semata. Dollar AS juga dijadikan pelarian untuk mengamankan aset di tengah gejolak pasar global. Dollar AS turut menjadi ajang spekulatsi untuk ambil untung.
Cadangan devisa tinggi tidak cukup untuk mencegah kenaikan kurs dollar AS. Jepang dengan cadangan devisa 1,238 triliun dollar AS tetap mengalami kejatuhan yen. Posisi utang yang relatif aman juga tidak mencegah gejolak kurs. Jepang memiliki porsi utang 246 persen terhadap produksi domestik bruto (PDB), pada Maret 2022, menurut Fitch. Namun, utang Jepang lebih banyak dalam denominasi yen.
Kurs 1 dollar AS setara 148,73 yen pada 15 Oktober, anjlok dari 115,51 yen per dollar AS pada 3 Januari 2022. Tentu, lebih bahaya lagi bagi kurs negara yang tidak memiliki cadangan devisa memadai, seperti Sri Lanka.
Di balik gejolak kurs ada aksi spekulasi di pasar. Ini terlihat dari aksi short, istilah tauhan akan kejatuhan euro atau pound sterling terhadap dollar AS, sebagai contoh. Spekulasi ini amat disadari China. Kestabilan yuan (renminbi) yang lebih tinggi ketimbang yen, bukan karena kekuatan devisa semata.