Bapanas: Keterjangkauan Pangan RI Sangat Baik

Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) menyampaikan, keterjangkauan (affordability) pangan di Indonesia pada tahun ini sudah berada di level hijau atau sangat baik dengan skor 81,4. Dengan capaian tersebut, indeks ketahanan pangan Indonesia dengan merujuk Global Food Security Index (GFSI) 2022 berada di peringkat 63 dari 133 negara di dunia atau naik dari 2021 yang berada di peringkat 69.

Deputi III Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto dalam International Conference on Indonesia and Global Affairs RPI-lst Session di Jakarta, Kamis (29/9), mengatakan, secara keseluruhan, skor GFSI Indonesia pada 2022 berada di rangking 63 dari 133 negara atau naik dibandingkan 2021 yang berada pada ranking 69 dengan tren 10 tahun bertambah 6,7. Dari sisi keterjangkauan banyak (indikator) yang sudah bagus tapi dari sisi ketersediaan baru volatility of agricultural production yang hijau.

GFSI 2022 mencatat 3 dari 5 indikator keterjangkauan pangan Indonesia berada pada level sangat baik (skor 80-100). Secara rinci, indikator perubahan rata-rata biaya makanan berada mendapat skor 86,5, kemudian proporsi penduduk di bawah garis kemiskinan global dengan skor 80,9, serta program jaring pengaman pangan yang mendapat skor sempurna 100. Sementara itu, perdagangan agriculture berada pada level baik (skor 70-79,9) dengan skor 78,5 dan indeks pendapatan disesuaikan ketimpangan mendapat skor 55,1 atau berada pada level moderat (skor 55-69,9).

Untuk kategori ketersediaan, GFSI memberi skor 50,9 atau berada pada level lemah (40-54,9). Penyebabnya, beberapa indikator seperti akses ke input pertanian, penelitian pertanian dan pengembangan kecukupan pasokan berada pada level sangat lemah (skor 0-39,9) dan indikator lain seperti infrastruktur rantai pasokan serta ketahanan pangan, dan komitmen kebijakan akses yang berada pada level lemah. Dari sisi quality and safety, baru food safety kita ternyata sudah hijau tapi untuk penganekaragaman konsumsi kita masih sangat bermasalah, nutritonal standards masih bersoal dan micronutrient availability masih bersoal. Begitu juga kategori sustainability and adoption masih perlu banyak perbaikan karena ada di level lemah dengan skor 46,3 yang utamanya disebabkan oleh indikator air dan political commitment to adaptation yang berada di level sangat lemah.

Search