Bank Dunia sedang berusaha menyiapkan dana darurat sebesar $170 miliar untuk membantu negara-negara termiskin yang dilanda berbagai krisis. Presiden Bank Dunia, David Malpass, menyebutkan utang yang tinggi dan inflasi adalah dua masalah besar yang menghadang pertumbuhan global. Menjelang pertemuan musim semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pekan ini, David mengatakan, dana bantuan 15 bulan tersebut akan diberikan hingga Juni 2023 dan diambil dari dana penanggapan COVID-19 $157 miliar, yang berakhir pada Juni 2021. Malpass menyampaikan keprihatinannya bagi negara-negara miskin yang menghadapi tingkat utang yang tinggi. Tercatat sekitar 60 persen negara-negara berpenghasilan rendah sudah menghadapi atau berisiko tinggi menghadapi kesulitan akan utangnya.
Dana Moneter Internasional atau IMF, bahkan memperingatkan bahwa tumpukan utang dari bisnis dan individu di seluruh dunia bisa memperlambat pemulihan ekonomi dari krisis pandemi. Pemerintah mengambil langkah-langkah luar biasa untuk mendukung ekonomi mereka ketika COVID-19 menyebar dua tahun lalu, termasuk menangguhkan pembayaran utang atau menawarkan pinjaman berskala besar. Tetapi program-program tersebut, menurut IMF, menyebabkan tingkat utang yang lebih tinggi untuk beberapa sektor dan rumah tangga berpenghasilan rendah. Yang paling terganggu pandemi adalah sektor pariwisata dan restoran. Dalam laporan World Economic Outlook-nya, IMF mengatakan, beban utang tersebut bisa menghambat pertumbuhan di negara maju sampai 0,9 persen dan di pasar negara berkembang 1,3 persen dalam tiga tahun ke depan.