Sejumlah bakal capres yang didukung parpol dan koalisi parpol belum menentukan bakal cawapres yang akan mendampinginya. Ditemui seusai menyampaikan pidato politik dalam acara “Temu Relawan Kebangsaan Anies Baswedan” di Jakarta, Minggu (21/5/2023), Anies mengakui bahwa proses penentuan pendampingnya masih berjalan. Ia belum mau memberitahukan sejumlah sosok yang termasuk dalam pembahasan. Hal itu dinilai penting, agar saat diumumkan nanti tetap ada efek kejut yang ditimbulkan. Secara terpisah, Sekjen PKS, Habib Aboe Bakar Alhabsyi, memperkirakan bakal cawapres untuk Anies akan ada setelah pembentukan sekretariat bersama KPP. Kendati demikian, pihaknya disebut akan lebih senang jika bakal capres dari parpol atau koalisi parpol lain sudah lebih dulu mengumumkan pendampingnya. Sebab, dari situ konstelasi pilpres akan lebih jelas.
Bakal capres dari PDI-P yang juga didukung oleh PPP, Ganjar Pranowo, tidak memungkiri ada 10 nama yang berpeluang untuk mendampinginya, yang pernah disebut oleh Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P akhir April lalu. Ganjar juga mengatakan bahwa hingga kini dirinya belum mendapatkan sinyal soal sosok bakal cawapres yang akan mendampinginya. Menurutnya, memilih bakal cawapres tak bisa sekadar melihat kekuatan elektabilitasnya di Jawa atau luar Jawa. Tidak bisa pula sekadar melihat latar belakang organisasi tokoh tersebut, sebab Indonesia terdiri dari beragam etnis, ras, agama, dan Golongan. Bakal capres dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, juga belum menentukan pasangannya untuk maju di Pilpres 2024. Meski sudah berkoalisi dengan PKB, kedua partai juga belum mengumumkan secara resmi pencalonan Prabowo dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Minggu malam, Prabowo bertemu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam Istighotsah Nasional dan Doa Bersama untuk Kemaslahatan Bangsa dan Negara di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, melihat penentuan bakal cawapres bagi setiap bakal capres menjadi alot karena baik kandidat maupun parpol dan koalisi masih mencari sosok yang pas. Jelang Pilpres 2024, bakal cawapres menempati posisi krusial untuk menambah tingkat elektabilitas bakal capresnya. Sebab, hingga saat ini belum ada bakal capres yang mencapai angka psikologis politik sebesar 60 persen. Menurut Adi, sulitnya para bakal capres menentukan pasangannya terkait dengan kebutuhan politik untuk berhati-hati. Jika sosok yang mampu memperkuat elektabilitas mereka sudah ditemukan, ia menengarai, keputusan tim lawan tidak akan menjadi pemengaruh yang signifikan.