Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan pemerintah berusaha menekan impor minyak usai rupiah anjlok menembus Rp16 ribu per dolar AS. Bahlil menyebut kondisi ekonomi global saat ini sedang tak menentu. Oleh karena itu, nilai tukar rupiah ikut terpengaruh. Bahlil mengakui pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) masih perlu dolar AS. Perusahaan pelat merah itu diklaim sebagai pengguna mata uang Negeri Paman Sam paling banyak di sektor energi. Pasalnya, Pertamina masih mengimpor minyak hingga LPG. Bahlil bahkan mencatat angka impor tersebut cukup banyak.
“Kita tahu mengimpor crude atau BBM kita, termasuk LPG, satu tahun itu membutuhkan uang sekitar Rp500 triliun-Rp550 triliun devisa kita keluar. Itu kita pasti tukar dengan dolar,” jelas Bahlil. Di lain sisi, Bahlil mengatakan para pengusaha tambang juga butuh dolar AS untuk beroperasi. Bahlil menyebut pengusaha menggunakan mata uang AS salah satunya untuk membeli peralatan tambang.
Pagi ini, nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp16.254 per dolar AS di perdagangan pasar spot. Mata uang Garuda melemah yakni turun 157 poin atau minus 0,98 persen.