Bahlil Ancam Batasi Ekspor, Harga Batu Bara Malah Ambruk

Harga batu bara global terus mengalami penurunan sejak Oktober 2024, meskipun pemerintah Indonesia mengancam akan membatasi ekspor bagi eksportir yang tidak mematuhi aturan. Pada 3 Februari 2025, harga batu bara turun menjadi USD 118,8/ton, lebih rendah dari rata-rata Januari 2025. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia berencana mewajibkan eksportir menggunakan Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk menjaga stabilitas harga di pasar global. Jika eksportir tidak mematuhi kebijakan ini, pemerintah mengancam akan mencabut izin ekspor mereka.

Penurunan harga batu bara juga dipengaruhi oleh peningkatan energi baru terbarukan (EBT), terutama di AS. Negara bagian Colorado, misalnya, memberikan hibah jutaan dolar untuk mendukung komunitas yang terdampak transisi dari batu bara. Texas kini menjadi pemimpin global dalam energi angin, sementara California, Florida, dan Nevada mengalami lonjakan besar dalam kapasitas tenaga surya. AS juga memimpin produksi biofuel, memperkuat posisi dalam energi terbarukan dan ekspor biofuel ke pasar global.

Secara global, konsumsi batu bara mencapai 8-8,5 miliar ton per tahun, tetapi hanya sekitar 1,5 miliar ton yang beredar di pasar internasional. Indonesia sendiri mengekspor 555 juta ton batu bara pada 2024. Namun, dengan meningkatnya peran EBT dan kebijakan domestik yang lebih ketat, tantangan bagi industri batu bara nasional semakin besar, terutama dalam menjaga daya saing di tengah tren transisi energi dunia.

Search