Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyiapkan langkah antisipasi untuk mengamankan komoditas pangan, utamanya hortikultura dalam menghadapi fenomena cuaca La Nina. Untuk itu, Bapanas akan berkomunikasi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) agar masa tanam hingga panen produk hortikultura ini tepat waktu, sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Termasuk bagaimana menjadwalkan agar tanam dan panennya tepat berdasarkan peta-peta yang sudah di prediksi BMKG,” kata Kepala Biro Perencanaan, Kerjasama, dan Humas Bapanas, Budi Waryanto dalam diskusi publik bertajuk ‘Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Pangan Jelang dan Pasca Lebaran 2024’, Rabu (27/3/2024).
Pemerintah juga berencana untuk memantau daerah-daerah sentra hortikultura seperti sentra cabai di Garut Jawa Barat, dan sentra bawang merah di Brebes dan Solo Jawa Tengah. Budi menyebut, daerah-daerah ini akan mendapat perhatian lebih utamanya pada manajemen penanaman dan panen agar produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Di sisi lain, Bapanas memiliki program bantuan cold storage untuk wilayah sentra produksi. Budi mengatakan, program tersebut menjadi solusi bagi para petani untuk menyimpan sementara hasil panen yang berlebih maupun ketika harga di pasar mengalami kontraksi. Menurutnya, dengan manajemen penanaman yang baik dan didukung dengan teknologi yang canggih, dampak La Nina terhadap sejumlah komoditas pangan dapat diminimalisir. Dengan demikian, ketersediaan pangan tetap terjaga dan harga stabil di pasar.
BMKG sebelumnya memperkirakan fenomena El Nino akan menuju netral pada periode Mei hingga Juni 2024. Setelahnya, fenomena suhu lautan pasifik akan berganti menuju fase La Nina pada kuartal berikutnya. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut, Indonesia mulai memasuki fase La Nina pada periode Juli sampai dengan September 2024. Fenomena cuaca ini akan membuat Indonesia sering mengalami hujan, risiko banjir, hingga badai tropis.