Ketua Perserikatan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Kamboja, buka suara usai junta Myanmar mengeksekusi empat orang yang salah satunya loyalis pemimpin yang dikudeta Aung San Suu Kyi. “Tindakan itu sangat tercela, ASEAN sangat menyesali dan berduka atas eksekusi itu.” demikian pernyataan resmi Kamboja pada Selasa (26/7). Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, disebut berusaha menghentikan proses eksekusi itu secara pribadi. Namun tindakan tersebut tetap berjalan. Selain itu, dalam pernyataan resmi, mereka juga menuduh junta tak punya keinginan untuk terlibat dalam upaya ASEAN memfasilitasi dialog antara militer dan lawan-lawannya.
Junta Myanmar sebelumnya mengeksekusi empat tahanan aktivis pro-demokrasi sekaligus merupakan loyalis Aung San Suu Kyi, termasuk mantan anggota parlemen. Keempat tahanan itu dieksekusi karena dituduh junta militer memimpin aksi teror yang brutal dan tak manusiawi. Mantan anggota parlemen dari Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) yang diketuai Suu Kyi, Phyo Zeya Thaw, merupakan satu dari empat orang yang dieksekusi. Militer menangkap Phyow pada Januari lalu karena dianggap melanggar undang-undang anti-terorisme.
Terlepas dari konflik di tanah Myanmar, blok Asia Tenggara ini selama lebih dari satu tahun menekan agar junta Myanmar mengakhiri kekacauan yang terjadi di negara itu usai kudeta militer. Pada April 2021 lalu, mereka menyepakati lima konsensus untuk mengakhiri kekerasan dan membangun dialog yang konstruktif. Namun, hingga kini kekerasan masih berlanjut. Militer kerap bertempur dengan kelompok anti junta. Para pengamat menilai perpecahan di ASEAN juga memperumit upaya menyelesaikan krisis.