Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat seiring dengan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menegaskan akan terus menyerang kelompok Houthi di Yaman hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Dalam serangan udara yang dilancarkan AS pada Sabtu, dilaporkan setidaknya 53 orang tewas, termasuk lima anak-anak dan dua perempuan, serta 98 orang lainnya mengalami luka-luka. Seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa kampanye militer ini mungkin akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan, tergantung pada respons Houthi terhadap serangan tersebut.
Namun, Houthi menunjukkan sikap perlawanan yang kuat. Juru bicara militer Houthi mengklaim bahwa kelompoknya telah menargetkan kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal perang AS lainnya di Laut Merah menggunakan rudal balistik dan drone. Komandan tertinggi Pasukan Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, mengatakan bahwa Houthi memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan mereka sendiri, tetapi memperingatkan bahwa Iran akan bertindak tegas jika ancaman terhadap negaranya meningkat.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menghentikan aktivitas militer di Yaman. Ia memperingatkan bahwa eskalasi konflik ini dapat memperburuk situasi kemanusiaan di Yaman yang sudah sangat kritis. Dengan meningkatnya serangan dan ancaman balasan antara AS dan Houthi, situasi di Timur Tengah semakin tidak menentu. Peran Iran dalam konflik ini juga menjadi sorotan utama, dengan AS dan sekutunya menuding Teheran sebagai dalang di balik agresi Houthi.